Protokol Kesehatan Parekraf Sedang Diharmonisasi

Screenshot_20200611_141146
Screenshot_20200611_141146
Gemapos.ID (Jakarta) Hampir semua industri pariwisata berada di ujung kematian terdampak Corona Virus Disease 2019/Covid-19 (Virus Korona). Contohnya, obyek wisata tidak dikunjungi para pelancong, hotel dan semacamnya tidak ada tetamu yang menginap, dan restoran atau kedai kopi tidak didatangi pengunjung untuk makan dan minum. “Industri ini di Bali hanya bertahan sampai Juli nanti, karena sudah tidak sanggup menghidupinya lagi,” kata Ketua Pusat Unggulan Pariwisata Universitas Udayana, Bali, Anak Agung Suryawan Wiranatha pada Web Seminar bertema ‘Kebangkitan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Era Normal Baru’ yang diselenggarakan Prajanti Hindu Indonesia pada Kamis (11/6/2020). Apabila industri pariwisata tidak dibangkitkan kembali oleh pemerintah, maka itu akan membutuhkan biaya besar untuk membangunnya. “Sebanyak 300 hotel telah ditutup di Bali, karena pendapatannya minus 10%,” tuturnya. Industri pariwisata sedang menunggu kebijakan yang akan diterbitkan pemerintah guna menghindari kebangkrutan. Selama dua bulan terakhir pemerintah dianggap sudah cukup untuk fokus masalah kesehatan seperti pembangunan rumah sakit (RS) dan pembelian alat-alat kesehatan. Begitupula pemberian stimulus perekonomian telah diberikan pemerintah kepada dunia usaha kalangan pemerintah dan kalangan swasta. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio, menyadari pandemi Covid-19 telah berdampak bagi industri pariwisata dan ekonomi kreatif. Kondisi ini diharapkan mereda dengan pembukaan kembali kedua sektor tadi dengan menerapkan kebijakan ‘normal baru’ yang mengusung produktif tapi aman dari Covid-19. “Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sudah menyiapkan aturan turunan dari protokol kesehatan untuk industri pariwisata dan ekonomi kreatif yang sedang diharmonisasi oleh Kementerian Kesehatan,” jelasnya. Harmonisasi ini diserahkan kepada Kementerian Kesehatan (Kemenkes) supaya tidak tumpang-tindih dengan industri terkait. Turunan protokol kesehatan untuk industri pariwisata dan ekonomi kreatif akan disusun oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menjadi sebuah handbook (buku pegangan) dan video presentasi. Turunan protokol kesehatan untuk industri pariwisata dan ekonomi kreatif mencakup tiga aspek utama yakni clean (kebersihan), health (kesehatan), dan safe (keamanan) yang disingkat CHS. Kebijakan ini akan diujicoba pada akhir Juni 2020 sebelum diterapkan secara menyeluruh.  “Kami sudah membahas ini dengan gubernur dan dinas pariwisata,” paparnya. Kesiapan penerapan normal baru diserahkan kepada pemerintah daerah (pemda) setempat. Namun, hal ini dilakukan setelah memperoleh rekomendasi dari Kemenkes dan Gugus Tugas Penanganan Covid-19. Wishnutama meneruskan pembukaan sektor industri pariwisata dan ekonomi kreatif saat era normal baru ditargetkan supaya keduanya masih bisa bertahan selama pandemi Covid-19 masih terjadi di Indonesia. Selain itu industri pariwisata dan ekonomi kreatif dapat menyiapkan diri untuk berkembang kembali setelah vaksin Covid-19 ditemukan para ahli. Waktu ini diperkirakan tidak lama lagi. “Kita siapkan hotel, airport, dan jalan,” tukasnya. Kemparekraf akan memfasilitasi konektivitas ke daerah tujuan wisata. Langkah ini dilakukan dengan memperbaiki infrastruktur bekerjasama dengan Kementerian Perhubungan (Kemhub) dan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Untuk ekonomi kreatif akan dilakukan pengembangan produk dalam negeri yang akan diminati bangsa sendiri dengan program ‘Cinta Produk Indonesia’. Produk-produk ini akan dijual secara daring melalui toko-toko tadi. Begitu pula konten-konten kreatif akan dipasarkan secara digital. Langkah ini akan ditunjang dengan penyiapan ekosistem digital. Soal pasar yang terbatas bagi hotel, restoran, dan kafe pada era normal baru lantaran ini hanya dibolehkan sebesar 50% dari kapasitas ruangan dinilai Wishnutama sebagai layanan berkualitas. Pengelola ini diharapkan tidak menguatamakan kuantitas dalam memberikan layanannya. “Dengan pemberian layanan yang berkualitas pendapatan tidak akan berkurang,” paparnya. Agung sepakat implementasi teknologi akan lebih berperan pada industri pariwisata dan ekonomi kreatif pada era normal baru. Namun, keunggulan Indonesia dalam industri pariwisata akan berkurang dengan kondisi tersebut seperti keramahtamahan layanan akan digantikan oleh mesin yang terkesan kaku. “Sebelum pandemi Covid-19, saya menginap di hotel yang berada di Malaysia hanya diantarkan oleh satpam untuk mengambil kunci kamar dengan melakukan secara elektronik dan meletakkan kembali kunci kamar dengan cara yang sama,” ucapnya. Menyinggung virtual tour yang sedang marak dilakukan oleh berbagai pengelola obyek wisata dianggap sebagai pelengkap industri pariwisata. Bahkan, fasilitas ini dapat menunjang wisatawan untuk berkunjung ke tempat wisata. “Implementasi virtual tour untuk keperluan promosi wisata yang memperkenalkan daerah wisata,” paparnya. Sementara itu Bupati Tulang Bawang Barat (Tubaba), Lampung, Umar Ahmad, menanggapi industri pariwisata dan ekonomi kreatif tetap dapat digenjot pada era normal baru di tengah pandemi Covid-19. Hal yang dimaksud adalah wisata bernuasa alam, karena hal ini memiliki tempat yang luas, sehingga itu bisa menghindari social distancing (kerumunan) dan physical distancing (menjaga jarak). “Covid-19 bisa tidak tahan di alam terbuka yang terkena sinar matahari,” jelasnya. Indonesia memunyai banyak destinasi wisata bernuasa alam seperti Tubaba yang belum dideklarasikan sebagai obyek wisata. Daerah ini hanya sebatas tempat perlintasan dan petsinggahan saja. “Tubaba mempunyai potensi wisata perkebunan, pertanian, dan perikanan,” tuturnya. Bahkan, di Tubaba memiliki peradaban Megalitikum yang berusia 5.000 tahun sebelum masehi seperti di Inggris. Ilmuwan negara itu telah menyempatkan diri datang menyaksikannya. (mam)