Ecky Awal Mucharam Kritisi Kereta Cepat Pakai APBN
Dalam proses pembangunannnya, ujar Ecky, KCJB mengalami pembengkakan biaya (cost over run). Awalnya, estimasi biaya proyek kereta cepat berkisar US$6,1 miliar. Kemudian, ini terjadi lonjakan sebesar US$4,9 miliar atau setara Rp69 triliun. "Lonjakan biaya yang muncul akibat perhitungan anggaran EPC yang tidak akurat, pengukuran lahan tidak tepat, keterlambatan proyek, serta biaya pendukung lainnya yang luput dianggarkan di awal," ujarnya. Ecky menganggap sebagai bukti buruknya perencanaan Pemerintah dalam proyek ini. Selain itu juga menuntut harus audit investigasi terhadap proyek yang disinyalir akan merugikan keuangan negara. "Kondisi tersebut jelas ironi dengan kondisi APBN yang saat ini masih harus fokus pada penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional (PC-PEN)," ucapnya. Untuk PC-PEN saja, ujar Ecky, APBN masih berdarah-darah. Meskipun terdapat pelonggaran defisit yang mengakibatkan utang melonjak tajam. Beberapa hak rakyat kecil masih harus dipangkas dengan pengurangan berbagai subsidi. Penambahan beban pajak harus dirasakan masyarakat, karena kebijakan ekstensifikasi pajak akibat shortfall yang kian dalam. "Artinya alokasi APBN untuk hal yang tidak esensial dan lebih kepada pemenuhan hasrat Pemerintah dalam membangun proyek KCJB tersebut, akan mencederai asas atau nilai keadilan dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945," katanya.