Tiga Kata Kunci Pengembangan Koperasi dan UMKM
Menurutnya, apa yang dilakukan selama ini adalah produk limitasi, masakan tradisional yang dikemas supaya tidak punah, khususnya masakan tradisional Jawa. Itu akan terus dikembangkan, misalnya untuk perkembangan di Pantai Depok, Koperasi Wisata Mina Bahari 45 terus mengembangkan sarden. “Ini butuh kolaborasi antara pemerintah, stakeholder yang ada di suatu dareah untuk memajukan daerahnya. Kami ini walaupun kecil sudah ekspor dan mulai banyak permintaan dari luar negeri dari Hongkong dan Singapura,” ujarnya. Menurutnya, ini adalah momentum dan kolaborasi yang sangat dinamis agar menjadi kekuatan yang nyata, supaya masyarakat berdaya dengan kuliner Tanah Air. Bisnis yang tidak bisa dikalahkan oleh Cina adalah kuliner, karena dari Sabang sampai Merauke ada ribuan menu yang tidak bisa ditiru. Ini adalah sesuatu yang harus dikembangkan terus. Selama ini dia sering berdiskusi dengan banyak pihak, bagaimana caranya bisa melakukan terobosan agar menjadi energi dan panutan bagi teman-teman yang dibawah. “Banyak orang yang hebat berproduksi, tetapi tidak punya akses. Tidak punya kebersamaan, akhirnya nol. Fakta yang terjadi seperti itu,” tutur Bambang. Menyinggung semakin berkembangnya olahan makanan kaleng, ucap Bambang, pihaknya kewalahan melayani permintaan UMKM yang akan masuk ke factory sharing. Jadi, Bambang masih membatasi 25 pelaku usaha. Mereka selalu menanyakan keseriusan produksi teman-teman UMKM, karena kita garansi legalitas BPOM dan kehalalan makanannya. “Mereka tidak bayar, dan kami kurasi, karena saya tahu kualitas produk mereka layak jual,” tuturnya. Dengan 11 karyawan bisa memproduksi makanan kaleng yang dipasarkan di stasiun, bandara dan rest area jalan tol dari Jawa Tengah sampai Malang. “Sebelum pandemi, kami bisa produksi 3.000 kaleng sehari, tetapi saat ini hanya bisa memproduksi sekitar 30.000 kaleng dalam sebulan, dengan omzet sekitar Rp100 juta,” tuturnya.