Pariwisata Diproyeksikan Jadi Penyumbang Devisa Terbesar Lima Tahun ke Depan
Sementara itu, sumbangan devisa dari sektor pariwisata meningkat dari 12,2 miliar dolar AS pada 2015, menjadi 13,6 miliar dolar AS di 2016, dan naik lagi menjadi 15 miliar dolar AS pada 2017. Pada 2018 ditargetkan meraup devisa 17 miliar dolar AS serta pada 2019 dibidik menyumbang devisa nomor 1 mengalahkan sektor lain dengan proyeksi nilai sebesar 20 miliar dolar AS. Acara Rembuk Nasional Pariwisata Indonesia dihadiri Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Bupati Banyuwangi Azwar Anas, Direktur Niaga Garuda Indonesia Pikri Ilham Kurniansyah, Komisaris Utama NET Mediatama Televisi Wishnutama, Ketua Umum Asita Nunung Rusmiati, Irfan Wahid tim Quick Win 5 Destinasi Super Prioritas Pariwisata, Ketua Umum Masata Panca Sarungu, Dewan Pembina Masata Michael Umbas, dan Ketum GIPI Didien Junaedi. Pada kesempatan yang sama, Gubernur Jawa Tengah menjelaskan, infrastruktur pariwisata daerah memegang peran penting agar wisatawan yang datang merasa nyaman dan tidak kecewa saat berkunjung. “Jateng sendiri tengah mempersiapkan jalan tol Solo-Jogja, sehingga tidak macet lagi. Kita sedang siapkan dan tahun ini sudah berjalan,” katanya. Ganjar mengatakan, kuliner yang menjadi bagian dari pariwisata merupakan daya tarik setiap daerah. Tak jarang, setiap kali berkunjung ke daerah yang ada di Indonesia ia kerap mengabadikannya melalui video blog miliknya. “Makanya ayo piknik. Bikinlah keluargamu, temanmu, bahagia. Dan sambil kulineran juga, bagikan kesenanganmu lewat sosial media. Statement Pak Menteri Pariwisata Arief Yahya itu benar 100 persen, kalau kekuatan untuk menjual Indonesia keluar secara powerfull itu pariwisata” katanya. Sementara itu, Tim Quick Win 5 Destinasi Super Prioritas Pariwisata Irfan Wahid menjelaskan, formula baru “storynomics tourism” bakal digunakan untuk mengakselerasi percepatan pembangunan wisata di lima kawasan destinasi super prioritas. Irfan mencontohkan, kisah-kisah dari kawasan Danau Toba sejatinya begitu banyak namun tak pernah digarap dengan benar-benar optimal. ”Kita memiliki kekayaan sejarah, budaya, dan alam yang begitu banyak namun masih sangat minim informasi maupun konten yang menceritakan tentang hal-hal tersebut. Seperti contohnya yang kita alami selama berada di Toba,” katanya. Ia menilai diperlukan pendekatan pariwisata yang mengedepankan narasi, konten kreatif, dan living culture serta menggunakan kekuatan budaya sebagai DNA destinasi.