Apakah Vaksinasi Covid-19 Akan Maksimal?
Masyarakat mesti pencegahan utama Covid-19 dengan melakukan prokes Covid-19. Hal itu adalah mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak (3M) disertai treatment, tracing, dan testing (3T). Hanya Sinovac Apalagi, efikasi (tingkat kemanjuran) vaksin Covid-19 yang dipakai Indonesia lebih rendah ketimbang vaksin-vaksin lainnya yakni buatan Sinovac dari China. Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) mengakui efikasi Vaksin Sinovac hanya sebesar 65,3%. Tentu ini lebih rendah dibandingkan Pfizer sebesar 95%, AstraZeneca sebesar 62-90%, dan Moderna sebesar 94%. Bahkan, Vaksin Covid-19 tidak digunakan banyak negara, kalaupun ini dipakai masih mengamati efikasi pada negara-negara yang telah memakainya. China juga dianggap sebagian negara yang membuat suatu produk tanpa standar yang ketat. Malahan, negara ini membeli vaksin Covid-19 dari negara-negara lain. Dengan begitu negara-negara lain bertanya apakah China masih meragukan produk buatannya atau keterbatasan produksi untuk masyarakat. Namun, apabila produk yang dibuat masih sedikit, pasti negara ini belum mengekspor ke negara lain. China akan memprioritaskan produk vaksin Covid-19 buatannya bagi warganya. Apalagi, rasa nasionalisme negara ini tinggi dibandingkan negara lain dan mendahulukan produk buatannya bagi rakyatnya. Bagaimana China membuat mesin pencari sendiri dan surat elektronik sendiri untuk mencegah warganya memakai produk negara-negara lain. Masyarakat tidak mau menggunakan produk China didasari sentimen suku bangsa yang tidak memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Bahkan, suku ini dinilai merebut berbagai potensi ekonomi warga lokal. Komunikasi Efektif Dengan demikian, pemerintah harus berupaya keras menjelaskan mengapa Vaksin Covid-19 buatan Sinovac asal China yang dipakai sekarang. Walaupun, suatu kabar terdengar Indonesia belum memperoleh vaksin Covid-19 merek lain. Penyebabnya, produsen tidak mau menanggung dampak atas pemakaian vaksin Covid-19 seperti Pfizer. Apalagi, komitmen berapa jumlah dosin vaksin yang akan dapat dibeli negeri ini. Indonesia bisa berharap vaksin Covid-19 dari program vaksin bagi negara-negara berkembang yang dibuat Eropa. Namun, apakah negara ini masih diakui sebagai negara berkembang atau menengah ke atas. Persoalan lain yang mengemuka banyak tenaga kesehatan (nakes) yang belum memperoleh pemberitahuan vaksinasi Covid-19. Padahal, mereka priorits lantaran ujung tombak penanganan pandemi Covid-19. Pemerintah berkilah pengumuman vaksinasi Covid-19 belum diterima nakes akibat tidak dipunyai nomor teleponnya. Alasan ini sangat aneh akibat semua data nakes tercatat di rumah sakit (RS) dan fasilitas kesehatan (faskes). Apakah itu vaksinasi belum dilakukan kepada nakes secara cepat akibat keraguan mereka atas vaksinnya? Jadi, pemerintah memberikan penjelasan tentang vaksinasi Covid-19 tidak hanya maksud dan tujuan, tetapi apa yang dilakukan setelah menerimanya. Sekali lagi, pemerintah harus menjelaskan secara terbuka mengapa mendahulukan penggunaan vaksin Covid-19 buatan Sinovac. Padahal, sejumlah vaksin-vaksin lain telah terdapat di dunia. Semoga pandemi Covid-19 di dunia termasuk Indonesia cepay berakhir. Jadi, pemerintah bisa mensejahterahkan warganya. Aamiin. (mam)