Gema Bali Gema Lampung Gema Kalteng

Pendapatan BUMN Farmasi Turun 28 Persen, DPR Pertanyakan Sinergi

Anggota Komisi VI DPR RI Amin AK saat mengikuti RDP dengan Holding BUMN Farmasi di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Rabu (19/6/2024). (Foto: Gemapos/ DPR RI)
Anggota Komisi VI DPR RI Amin AK saat mengikuti RDP dengan Holding BUMN Farmasi di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Rabu (19/6/2024). (Foto: Gemapos/ DPR RI)

Gemapos.ID (Jakarta) - Kinerja Holding BUMN Farmasi (konsolidasi) pada 2023 berdasarkan laporan keuangan unaudited yang dipaparkan Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Shadiq Akasya, diperkirakan akan mengalami tekanan dari segi profitabilitas. Kondisi ini, diungkapkan Shadiq, akibat menurunnya kinerja dua anggota holding BUMN Farmasi yakni PT Kimia Farma Tbk dan PT Indofarma Tbk. 

Menanggapi hal itu, Anggota Komisi VI DPR RI Amin AK mempertanyakan sinergitas antara tiga BUMN Farmasi. Ia mengatakan, adanya holding seharusnya meningkatkan efisiensi dan meningkatkan kinerja masing-masing BUMN dengan kerja sama dan sinergi yang dijalin. 

Hal itu dipertanyakannya dalam RDP dengan Holding BUMN Farmasi di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Rabu (19/6/2024).

"Apakah enggak ada sinergi? Apa enggak tercipta chemistry? Bungkusnya aja holding tapi masih jalan sendiri-sendiri. Malah mungkin bahkan satu ngalor satu ngidul, satu ngetan satu ngulon. Enggak ada sinergi di dalamnya, apakah seperti itu? Tentu ini harus kita kritik," ujar Amin dikutip pada laman DPR RI, Kamis (20/6/2024).

Terlebih, menurut Amin, masa pandemi Covid-19 seharusnya menjadi momentum baik bagi industri farmasi. Sebab, banyaknya permintaan akan obat-obatan yang seharusnya dapat meningkatkan kinerja dan laba perusahaan farmasi. Namun, hal tersebut sayangnya tidak terjadi pada Holding BUMN Farmasi yang ada.

"(Saat pandemi covid) untuk BUMN Farma mestinya ini musim panen raya pak, ada permintaan berbagai macam produk khususnya yang terkait dengan covid ya macem-macem lah. Mestinya kinerja nya meningkat pesat, labanya meningkat pesat, tinggi gitu loh. Tapi yang terjadi kok malah menurun drastis ini di luar apa yang terjadi dengan fraud itu," lanjut Politisi Fraksi PKS ini.

Sebagai informasi, berdasarkan laporan keuangan yang masih unaudited, pendapatan holding BUMN Farmasi pada 2023 turun menjadi Rp15,2 triliun dibanding 2022 yang sebesar 21,2 triliun, atau sekitar 28 persen. Sementara itu, rugi bersih tercatat menyentuh angka Rp2,2 triliun, turun dari profit tahun sebelumnya yang sebesar Rp490 miliar. 

Adapun rugi terbesar disumbang oleh Kimia Farma sebesar Rp1,8 triliun dan Indofarma (INAF) sebesar Rp605 miliar. Sedangkan Biofarma masing membukukan laba bersih positif sebesar Rp304 miliar. (ns)