Gema Bali Gema Lampung Gema Kalteng

Fakta Tentang Sindrom Empty Sella: Penyakit yang Diidap Ruben Onsu

Selebritas dan presenter terkenal, Ruben Onsu (foto: gemapos/ig;rubenonsu)
Selebritas dan presenter terkenal, Ruben Onsu (foto: gemapos/ig;rubenonsu)

Gemapos.ID (Jakarta) - Ruben Onsu, seorang selebritas dan presenter terkenal di Indonesia, telah mengungkapkan bahwa ia menderita sindrom empty sella. Penyakit ini mungkin belum begitu dikenal oleh banyak orang. Mari kita jelajahi lebih dalam tentang sindrom empty sella, gejalanya, penyebabnya, serta penanganannya.

Apa Itu Sindrom Empty Sella?

Sindrom empty sella adalah kondisi di mana sella turcica (sebuah struktur tulang di dasar tengkorak yang menampung kelenjar pituitari) tampak kosong atau sebagian besar kosong saat dilihat melalui pemindaian radiologis. Kelenjar pituitari, yang biasanya terletak di dalam sella turcica, mungkin mengecil atau merata sehingga terlihat seperti ada ruang kosong di dalam sella turcica tersebut.

Penyebab Sindrom Empty Sella

Sindrom empty sella dapat terjadi secara primer atau sekunder

  • Sindrom Empty Sella Primer
    Ini terjadi ketika ada cacat kecil pada diafragma sella (membran yang menutupi sella turcica) yang memungkinkan cairan serebrospinal masuk ke dalam sella turcica, menekan kelenjar pituitari.
    Kondisi ini lebih sering terjadi pada wanita, terutama mereka yang kelebihan berat badan atau memiliki tekanan darah tinggi.
  • Sindrom Empty Sella Sekunder
    Ini terjadi akibat kondisi lain seperti tumor pituitari yang diobati (melalui pembedahan atau terapi radiasi), infeksi, cedera kepala, atau masalah lain yang mempengaruhi kelenjar pituitari.

Gejala Sindrom Empty Sella

Banyak orang dengan sindrom empty sella tidak menunjukkan gejala dan kondisi ini sering ditemukan secara tidak sengaja selama pemindaian untuk masalah lain. Namun, beberapa orang mungkin mengalami gejala seperti:

Diagnosis Sindrom Empty Sella

Diagnosis sindrom empty sella biasanya dibuat melalui pencitraan radiologis, seperti MRI atau CT scan, yang menunjukkan ruang kosong di sella turcica. Tes darah mungkin dilakukan untuk mengevaluasi fungsi kelenjar pituitari dan mengukur kadar hormon.

Penanganan Sindrom Empty Sella

Pengobatan sindrom empty sella bergantung pada gejala dan penyebab yang mendasarinya:

  • Tidak Ada Gejala: Jika sindrom empty sella ditemukan secara tidak sengaja dan tidak menimbulkan gejala, mungkin tidak diperlukan pengobatan.
  • Masalah Hormonal: Jika ada defisiensi hormon, terapi penggantian hormon dapat diberikan untuk menormalkan kadar hormon dalam tubuh.
  • Gejala Lainnya: Jika ada gejala lain seperti sakit kepala atau masalah penglihatan, pengobatan akan disesuaikan dengan kondisi spesifik tersebut.

Hidup dengan Sindrom Empty Sella

Penting untuk memahami bahwa sindrom empty sella adalah kondisi yang bisa dikelola, terutama jika gejalanya tidak terlalu mengganggu. Ruben Onsu sendiri telah membagikan pengalamannya hidup dengan sindrom ini, menunjukkan bahwa dengan penanganan yang tepat, kualitas hidup tetap bisa terjaga.

Bagi mereka yang didiagnosis dengan sindrom empty sella, dukungan medis yang tepat, gaya hidup sehat, serta pemantauan rutin adalah kunci untuk menjalani hidup yang normal dan produktif. Jika kamu atau orang terdekat mengalami gejala-gejala yang disebutkan, penting untuk berkonsultasi dengan tenaga medis profesional untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.

Sindrom empty sella memang bisa menimbulkan kekhawatiran, tetapi dengan pemahaman yang lebih baik dan pengobatan yang tepat, individu yang mengalaminya dapat terus menjalani hidup mereka dengan baik, seperti yang dilakukan oleh Ruben Onsu.(ra)