Gema Bali Gema Lampung Gema Kalteng

Novel Bumi Manusia, Dulu Dilarang, Sekarang Masuk Kurikulum

Tetralogi Pulau Buru, empat buku karya Pramoedya Ananta Toer. (KutuKata)
Tetralogi Pulau Buru, empat buku karya Pramoedya Ananta Toer. (KutuKata)

Gemapos.ID (Jakarta) - Sastra resmi dimasukkan ke dalam Kurikulum Merdeka mulai tahun ajaran baru mendatang. Program ini masuk ke dalam jam pelajaran (co-kurikuler), bukan ekstrakurikuler.

Novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer yang sempat dilarang pada masa Orde Baru, kini, pemerintah Indonesia memasukkan buku itu dalam daftar rekomendasi sastra kurikulum agar dibaca dan dipahami oleh siswa di seluruh Indonesia.

Pelarangan Novel Bumi Manusia

Di masa itu Orde Baru, membaca, memiliki, ataupun menjual buku-buku Pramoedya termasuk Bumi Manusia bisa dijebloskan ke penjara.

Pramoedya Ananta Toer sendiri menjadi tapol (tahanan politik) di bawah pemerintahan Orde Baru karena afiliasinya dengan Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) yang dibubarkan karena terkait dengan Partai Komunis Indonesia.

Di Pulau Buru, Pramoedya masih tetap produktif menulis: salah satunya adalah tetralogi Bumi Manusia yang mencakup Bumi Manusia (1980), Anak Semua Bangsa (1981), Jejak Langkah (1985), dan Rumah Kaca (1988)

Bumi Manusia sendiri dilarang Kejaksaan Agung dengan surat larangan nomor SK-052/JA/5/1981 setahun setelah terbit - sementara tiga buku Pram lainnya sisanya langsung dilarang tak lama setelah dipublikasikan.

Novel Bumi Manusia menceritakan perjuangan anak bupati bernama Minke melawan diskriminasi Belanda terhadap pribumi pada masa kolonial di awal abad ke-20. Minke, yang bisa bersekolah karena privilesenya, menggunakan pengetahuannya untuk melawan kolonialisme Belanda.

Proses 'Bumi Manusia' dan 176 buku lainnya masuk rekomendasi sastra dalam Kurikulum Merdeka

Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kemendikbud-Ristek, Anindito Aditomo, mengatakan menegaskan bahwa Sastra Masuk Kurikulum ini bukan mata pelajaran tersendiri.

“Buku-buku yang direkomendasikan bisa digunakan sebagai bahan belajar mata pelajaran yang sudah ada, mulai bahasa Indonesia sampai IPA dan IPS,” ujar Anindito kepada wartawan Amahl Azwar.

 

“Sebagai contoh, buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer bisa didiskusikan dan dianalisis di kelas sejarah untuk memahami pengalaman menjadi orang Indonesia di zaman kolonial Belanda dan dampak kolonialisme terhadap alam pikir masyarakat Indonesia pra-kemerdekaan.”

Ditanya tentang pemilihan Bumi Manusia  yang dulu dilarang Orde Baru, Anindito hanya mengatakan pemilihan karya yang direkomendasikan dilakukan tim kurator yang terdiri dari sastrawan mumpuni dan guru-guru yang berpengalaman menggunakan karya sastra di kelasnya.

“Jadi silahkan gali dari tim kurator untuk menanyakan mengapa karya Pram masuk dalam daftar rekomendasi,” ujarnya.

Okky Madasari, sastrawan dan sosiolog yang masuk ke dalam tim kurator Sastra Masuk Kurikulum, mengatakan Bumi Manusia dipilih berdasarkan kriteria tujuan pembelajaran untuk jenjang SMA “antara lain [untuk] memahami sejarah kebangsaan”.

“Karya Pramoedya memang sudah seharusnya diperkenalkan di bangku sekolah. Ketika memperkenalkan karya sastra, kita juga sedang memperkenalkan sejarah pergulatan intelektualisme dan capaian-capaian penting kreativitas Indonesia,” ujarnya dikutip dari okezone.com.

 

“Karya Pramoedya tidak mungkin luput dan sudah seharusnya masuk. Bumi Manusia ditempatkan di jenjang SMA, karena mempertimbangkan kompleksitas cerita dan ketebalan.” (rk)