AS Kirim Senjata Strategis ke Indo Pasifik, Pengamat: Bukan Ancaman

Sistem senjata Typhon. (gemapos/eurasitimes)
Sistem senjata Typhon. (gemapos/eurasitimes)

Gemapos.ID (Jakarta) - Amerika Serikat dikabarkan mulai menempatkan senjata strategis ke pangkalan militernya di Indo Pasifik, termasuk Filipina. Pengamat Pertahanan dan Keamanan (Hankam), DR. Jeanie Francoise menilai hal tersebut sebagai hanya upaya untuk meningkatkan kapabilitas milter di wilayah itu.

"Kalau saya melihatnya pangkalan Militer Amerika di Filipina itu kan udah dari lama ya, udah tahun 60-an sudah ada. Kemudian kalau memang mau diperkuat lagi kapabilitas militernya di Filipina, artinya Amerika mungkin menyiapkan salah satu kebijakan luar negerinya untuk mengamankan Asia Pasifik. Mungkin ya salah satunya itu," papar Jeane kepada Gemapos, di Jakarta, Kamis (18/4/2024).

Jeane menilai hal tersebut tak berkaitan dengan kondisi laut Natuna Utara dan kunjungan dari menteri Luar Negeri China, Wang Yi ke Indonesia. Seperti diketahui, Menlu China mengunjungi Indonesia pada Kamis (18/4) untuk membahas program Belt and Road Initiative (BRI). Jeane menegaskan bahwa program tersebut sudah dibahas sejak lama.

"Kemudian kalau BRI itu kan juga dari eranya Pak Jokowi periode pertama ya udah ada BRI inisiatif kemudian sempat dipending karena waktu itu Indonesia fokusnya maritim, dimana ada beberapa perjanjian dengan China yang tidak cocok," tegasnya menjawab pertanyaan hubungan peristiwa tersebut dengan kondisi kawasan Laut China selatan.

Kendati demikian, Jeane juga mengingatkan agar Indonesia mampu mengambil posisi yang jelas. Dia berharap Indonesia tidak hanya menyetujui semata apa yang dikemukakan oleh Tiongkok. Dirinya mencontohkan soal keinginan Indonesia untuk menjadi negara maritim terbesar.

"Kemudian kalau mau diangkat lagi BRI inisiatif ini posisi Indonesia juga harus jelas gitu, jangan kemudian menjadi penonton ya. jangan kemudian hanya menerima kesepakatan yang sudah  dari China kemukakan. Tapi kita juga harus kemukan, ini loh kita mau menjadi katakanlah negara maritim terbesar," papar Jeane.

Jeane kemudian menjelaskan bahwa hubungan Indonesia baik dengan AS dan Filipina. Dia menyebut AS mungkin hanya menjalankan kebijakan luar negeri yang memandang salah satu daerah Filipina terutama Moro Island senagai pusatnya teroris. Meskipun tidak dikatakan seacara gamblang oleh AS, karena menurut Jeane, pertahanan adalah hal yang rahasia.

"Mungkin kita bisa melihat ya sudah Amerika ingin meningkatkan kapabilitas militernya di Filiphina, tapi di satu sisi mungkin mau melihat juga Filiphina ini kan itu tadi di Moro Island pusatnya teroris. Tapi kalau ke Indonesia ke Asean tidak ada masalah," ungkapnya.

Dirinya memandang kondisi kawasan tersebut masih aman. Dirinya juga menyinggung soal banyak negara punya kepentingan di wilayah yang ia sebut laut Natuna Utara itu. Indonesia sendiri lewat TNI Angkatan Laut (AL) sudah menempatkan personil untuk berpatroli. Meskipun patroli tersebut hanya sebatas pencegahan ilegal fishing yang dilakukan pihak negara lain. (ns)