Iran vs Israel, Kemana Indonesia?

Gemapos.ID (Jakarta) Serangan Iran ke Israel pada Sabtu kemarin seakan memperluas konflik yang terjadi di Timur Tengah. Ratusan misil seperti drone diluncurkan Iran untuk menghancurkan instalasi-instalasi militer Israel. Beberapa pihak menyebut ketegangan tersebut berpotensi menjadi pemicu terjadinya perang dunia ke III. Lalu bagaimana Indonesia mengambil sikap dan peran dalam eskalasi konflik ini?

Seputar Konflik

Dari pihak Iran sendiri mengklaim serangan yang dilancarkan ke Israel sebagai sebagai balasan atas serangan Israel terhadap Konsulat Iran di Damaskus, Suriah yang memakan korban, yang salah satunya jenderal penting dari Iran. Atas dasar itulah, pihak Iran melancarkan serangan balasan kepada Israel.  Iran dengan tegas mengatakan hal tersebut sesuai dengan pasal 51 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang memberikan hak kepada suatu negara membalas serangan atau agresi dari negara lain.

Oleh karena itu, Perwakilan Iran di Perserikatan Bangsa-Bangsa mengharapkan serangan tersebut tidak membawa eskalasi lebih lanjut. Sebab, ”masalah ini dapat dianggap sudah selesai”. Namun, apabila Israel membalasnya, Iran telah siap memberikan tanggapan lebih serius.

Selain dengan Israel, saling ancam mengancam sempat terjadi antara Iran dan Amerika. Awalnya Joe Biden meminta Iran untuk tidak melakukan serangan balasan terhadap Israel terkait insiden di Damaskus. Di sisi lain, Iran juga meminta untuk AS untuk tidak terlibat dalam konflik tersebut.

Kendati demikian, AS telah mengatakan berada dibelakang Israel dan Biden mengecam keras serangan Iran. Seperti Biasa, sikap AS selalu subyektif yang disebut Hikmahanto Juwana sebagai sikap standar ganda.

Pertempuran antara dua negara ini justru menandai eskalasi ketegangan di kawasan yang sewaktu-waktu dapat memicu konflik yang lebih besar dan meluas. Bukan tidak mungkin perluasan konflik bisa terjadi jika eskalasi konflik terus meningkat. Isarel akan didukung oleh sekutu-sekutunya seperti AS, Inggris, Yordania dan yang lainnya, dan hal itu sudah terlihat jelas hari ini. Yordania dan Inggris membantu menembak jatuh drone yang dikirim Iran ke Israel. Sehingga, kerusakan yang ditimbulkan bisa diminimalisir.

Pakar HI Hikmahanto Juwana menyebut negara seperti Rusia dan Korea Utara mungkin seudah lama mencari alasan untuk bisa menyerang AS, bisa mendapat kesempatan dalam konflik ini. Jika negara - negara tersebut benar terlibat, maka bukan tidak mungkin perang dunia ke-III bisa saja terjadi. Hal tersebut tergantung respon Israel atas serangan Iran. Jika Israel membalas, maka Iran akan kembali menyerang. Lingkaran saling balas inilah yang akan mungkin menjadi pemicu konflik akan meluas, dan melibatkan banyak negara.

Sikap Indonesia

Dewan Keamanan PBB pun menggelar pertemuan darurat karena situasi ketegangan tersebut. Di tengah mengalirnya kecaman terhadap serangan Iran, sejumlah negara dan pemimpin dunia mendesak para pihak terkait untuk menahan diri. Desakan tersebut datang antara lain dari Mesir, Arab Saudi, Rusia, China, Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan  Paus Fransiskus. Termasuk Indonesia yang mendesak Dewan Keamanan PBB untuk segera membantu menurunkan tensi di Timur Tengah.

Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri menyampaikan mendesak Dewan Keamanan PBB segera bertindak untuk menurunkan ketegangan dan terus berupaya menciptakan perdamaian di Timur Tengah, termasuk menghentikan pendudukan ilegal Palestina dan berbagai pelanggaran hukum internasional oleh Israel. Yup tetap konsisten.

Selain itu, Indonesia menekankan pentingnya mencapai solusi dua negara (two state solution), dengan Israel dan Palestina hidup berdampingan sebagai dua negara yang independen.

Tapi apapun itu, pada dasarnya Perang selalu lebih banyak membawa dampak negatif. Ketegangan di Timur Tengah tentu akan berimbas pada kondisi geopolitik dunia. Apalagi jika konflik sampai meluas dan melibatkan banyak negara. 

Menunggu Peran PBB

Peran Dewan Keamanan PBB disini sangat diperlukan untuk melerai perseteruan ini, atau setidaknya mencegah negara lain untuk terlibat. Sebagaimana tujuan awal dibentuknya lembaga dunia ini, yakni menjamin keamanan dan mencegah konflik antar negara. Pertanyaannnya hari adalah sejauh mana DK PBB bisa mencegah negara lain untuk terlibat, melihat AS sudah ikut menyatakan diri berada di salah satu pihak? Meskipun tak ikut secara ofensif.

Selayaknya tujuan terbentuknya PBB pada Oktober 1945 adalah untuk menggantikan Liga Bangsa-Bangsa (LBB) yang dianggap tak mampu mencegah perang dunia ke II. Sehingga lahir PBB yang dipercaya mampu mencegah konflik serupa. 

Pertanyaan selanjutnya, Apakah PBB akan bernasib sama dengan LBB? Dibubarkan karena tak mampu mencegah perang dunia ke III? Penting menunggu peran utama PBB dalam menjamin keamanan duni dan memberi resolusi konflik yang kongkrit terhadap ketgangan ini. (nv)